09
Des
08

Pesan Sebelum Kematian Erwin : Tolong Beri Nama Anakku “Jihan Inaiyah”

Langkat, Semar News

“Kalau nanti anak kita lahir, tolong beri dia nama “Jihan Inaiyah” pesan Erwin dalam SMS terahir yang dikirimnya beberapa bulan yang lalu kepada sang istri Maiyanzi (22). Pesan singkat yang dikirimkan Erwin tadi sewaktu putri mereka akan ditabalkan namanya. Kata-kata inilah yang begitu membekas dihati ibu satu anak ini hingga saat sekarang.

Maiyanzi juga tidak menyangka kalau pesan tersebut adalah yang terakhir dari sang suami. Erwin meningalkan kampung halaman ketika anaknya masih dalam kandungan dan kini telah berusia dua bulan. Kepergian Erwin dari kampung halaman karena ingin mengadu nasib di Medan, sejak kontrak kerjanya habis disalah satu perusahaan di NAD.

Bermodalkan pengalaman yang ada, Erwin meningalkan kampung halamannya Kampung Lamte Ule Karing, Kecamatan Syiah Kuala, Kodya Banda Aceh-NAD. Sejak 28 Oktober 2008, Erwin menetap di Kampung Kruni, Kelurahan Kwala Bingei, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Dirumah kontrakan dua pintu ini, Erwin menetap sementara menungu panggilan kerja di Medan .

Namun belum lagi pekerjaan didapat, Erwin telah ditemukan tewas dibunuh ditempat kontrakan tadi. “Memang banyak sekali kami mendapatkan Firasat yang kurang baik sebelum kematian Erwin, seperti malam Senin (1/12) dimana paginya Erwin ditemukan tewas membusuk, saya malamnya bermimpi yang aneh, dalam mimpi tersebut rasanya rumah kami kedatangan banyak orang (tamu) seperti ada pesta besar” Ungkap Rahmayulita (48) kakak Erwin mengisahkan secuil keanehan yang dialami sebelum kejadian ini.

Tak cuma Rahmayulita saja yang merasakan keganjilan, Maiyanzi istri Erwin juga sebelumnya mendapat firasat yang kurang baik. Tanda-tanda bakal terjadinya musibah ini didapat Maiyanzi lewat mimpinnya. Dalam tidurnya tadi, Maiyanzi bermimpi datang ke Stabat tempat tinggal suaminya. Tapi sesampainya di Stabat ia tidak menemukan sang suami, Maiyanzi coba menghubungi telpon Erwin tidak juga ada jawaban, namun Maiyanzi mendengar suara suaminya tapi tidak melihat wujud yang bersangkutan.

Mulanya Maiyanzi tidak mau berpikiran yang bukan-bukan, ia terus berdoa kepada yang kuasa agar suaminya selalu dilindungi dari segala bahaya. Untuk menenangkan hati, Rabu (26/11), Maiyanzi coba menghubungi korban (Erwin) di Stabat. Melalui jalur telepon gengam tadi, Maiyanzi sempat berbicara dengan Erwin. Tapi, saat itu Erwin menjawab telpon Maiyanzi dengan terburu-buru.

Dan tiga hari sebelum Erwin ditemukan jadi mayat, putri mereka yang masih berusia dua bulan, bersikap aneh. Sepanjang malam buah cinta Erwin dan Maiyanzai ini tak henti-hentinya menangis. “Padahal, biasanya sikecil tak pernah rewel seperti ini “ ketus Maiyanzi mengisahkan seraya menambahkan pada malam Senin ia juga bermimpi kalau suaminya pulang kerumah.

“Saya mimpi malam Seninnya dia (Erwin) pulang, ternyata mimpi itu benar, dia pulang kerumah, tapi sudah menjadi mayat.” Ujar Maiyanzi menitikkan air mata.

Maiyanzi juga meyakini kalau suaminya telah meningal sejak haru Sabtu (29/12). “Saya menduga suamiku meningal pada hari Sabtu, sebab sejak hari itu anakku menangis terus, mungkin dia merasakan kepergian sang ayah.” Timpal Maiyanzi seraya berharap pelaku pembunuh suaminya segera ditangkap Polisi.

Pembunuhan Berlatar Dendam Lama
Kematian Erwin masih menyisakan sejumlah pertayaan selagi pelaku pembunuhnya belum ditangkap. Kuat dugaan pembuhan tersebut tidak murni perampokan meski satu unit hand phone, sepeda motor Honda Karisma BK 6059 PQ milik korban dan satu buah televisi hilang dibawa pelaku, tapi diyakini pembunuhan ini berlatarkan dendam lama.

Dari berbagai keterangan yang dikumpulkan Semar News diketahui kalau sebelumnya korban ada ribut dengan seorang pria di daerahnya. Lelaki yang bercokol dengan korban tersebut dikenal Preman diwilayahnya. Keributan yang berahir dengan perkelahian itu terjadi sekitar 7 bulan yang lalu semasa korban masih bekerja sebagai Security.

Oleh warga dan keluarga serta tokoh masyarakat setempat, perselisihan fahan inipun coba didamaikan. Tapi orang yang menjadi lawan korban, enggan membuka pintu maaf. Malah, pria yang disebut-sebut berinisial GB itu meminta uang damai sebesar Rp.50 juta jika korban hendak berdamai denganya. Permintaan yang diluar kewajaran itupun tentu saja tak dapat dikabulkan.

Mulai detik itulah korban terus mendapat ancaman dan teror. Bahkan tak cuma korban yang menjadi korban intimidasi, saudara-saduara korban lainya juga tak luput dari ancaman bunuh. Khawatir akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan, oleh keluarga korban disarankan untuk pergi meningalkan kampung halaman. Sejak kepergian korban dari desanya, kawanan orang yang ribut denganya itu tetap saja mendatangi keluarga korban sambil mengeluarkan kata-kata ancaman.

“Mana Erwin, jangan coba-coba kalian sembunyikan dia dari kami, nanti kami sekolahkan dia (maksudnya dibunuh-red) baru tau kalian”, ancam seorang pria yang menemui kakak korban waktu itu. Kata-kata bunuh terhadap korban sudah sering didengar keluarga dari pihak seteru korban. “Kita tidak menuduh, tapi besar kemungkinan pembunuhan ini berlatarkan dendam pribadi.” Tukas Norman Tanoto kepada POSMETRO dikediamankan sepulangnya mengantarkan jenazah korban kemarin kerumah duka di NAD dan berharap pelaku segera ditangkap.(darwis)


0 Tanggapan to “Pesan Sebelum Kematian Erwin : Tolong Beri Nama Anakku “Jihan Inaiyah””



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar


Kalender Tulisan

Desember 2008
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  

Administratur

Photobucket

Kontibutor :

Darwis, Aswin, Fachruddin, Fandi Photobucket darwis pos metro

Banner Anti Korupsi

Photobucket banner bahaya laten korupsi

Link Berita :

Photobucket

Komunitas Blogger Sumut

Klik tertinggi

  • Tidak ada

Yang Mampir:

  • 331.253 pengunjung
Locations of visitors to this page [URL=http://flagcounter.com/more/Bqu][IMG]http://flagcounter.com/count/Bqu/bg=FFFFFF/txt=000000/border=CCCCCC/columns=2/maxflags=12/viewers=0/labels=0/[/IMG][/URL]